Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Kisah Malin Kundang

Dongeng Malin Kundang

Ada seorang janda bernama Mande Rubayah yang hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan penurut. Suatu hari, Malin jatuh sakit keras, hingga nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya.

Saat Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu, ucap ibunya yang sedih setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau. Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku, ujar Malin sambil menggenggam tangan ibunya.

Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah pinta Malin memohon. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus, Untuk bekalmu di perjalanan,» katanya sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu Malin Kundang berangkat ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian.

Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?» tanyanya. Malin tak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunyaBertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, dan kini jalannya mulai terbungkuk-bungkuk.

Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dahulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya.

Jantungnya berdebar keras saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. Belum sempat para sesepuh kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya erat Malin karena takut kehilangan anaknya lagi. Malin, anakku.

Kau benar anakku kan? katanya menahan isak tangis karena gembira, «Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Sebelum dia sempat berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah dan berkata, Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, Perempuan gila! Aku bukan anakmu!» ucapnya kasar. Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian compang-camping itu.

Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan! ucapnya pilu sambil menangis. Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang.

Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang. Kisah Legenda Malin Kundang ini memiliki pesan yang dapat diambil si Kecil, yaitu sayangi kedua orangtua saat susah dan senang, dan jangan melupakan jasa orangtua yang telah menyayangi dan mendidik dari kecil.